Ketum PBSI Banten Hadirkan Buku Macan Putih Melangkah di Antara Luka dan Harapan

JAKARTA, (gerbangbanten.com) – Tokoh muda H Sudarto Adinagoro dengan berani menghadirkan buku “Macan Putih Melangkah di Antara Luka dan Harapan”. Buku kisah perjalanan hidup, suka-duka, pahit-getir diwarnai ‘penghianatan’ hingga akhirnya menjadi sosok kuat, sabar dan dewasa serta bijaksana yang semua itu layak menjadi buku bacaan untuk generasi masa depan bangsa.

H Sudarto Adinagoro melauncing bukunya bertepatan pada hari ulang tahunnya pada 20 Maret 2025 .

“Ini buku pertama saya yang saya hadirkan tepat pada hari ulang tahun. Terima kasih tak terhingga kepada kedua orang tua saya, juga para handai taulan yang selama ini menemani hidup saya hingga saya menjadi seperti sekarang ini,” kata H Sudarto Adinagoro, di Jakarta.

H Sudarto Adinagoro menuturkan jika buku “Macan Putih Melangkah di Antara Luka dan Harapan” memang banyak mengisahkan perjalanan jatuh dan bangun perjalanan hidupnya.

“Kehidupan ini seperti rantai makanan, saling memakan, saling berebut, dan yang lemah sering kali tersingkir,” tutur H Sudarto Adinagoro.

“Namun, di tengah
semua itu, kita selalu memiliki pilihan: apakah kita ikut menjadi bagian dari siklus tersebut, ataukah kita memilih jalan yang lebih
bermakna?” imbuhnya.

Buku “Macan Putih: Melangkah di Antara Luka dan Harapan” adalah lebih dari sekadar judul buku karena merefleksi dari perjalanan hidup
yang penuh dengan tantangan, luka, dan kebangkitan. Seperti macan putih yang langka dan penuh simbolisme.

“Aku belajar bahwa kekuatan sejati bukanlah sekadar keberanian untuk bertarung, tetapi juga kebijaksanaan untuk bertahan, memahami luka, dan menemukan harapan di tengah badai,” tutur H Sudarto Adinagoro.

“Pernahkah kita merenungi bagaimana kehidupan di kota besar telah mengubah cara kita memandang kesuksesan? Di Jakarta,
seperti juga di banyak kota besar lainnya, saya melihat bagaimana persaingan telah berubah menjadi pertarungan yang tak kenal batasan.

“Tapi aku ingin bertanya: Ketika adab hilang, apa yang tersisa dari kemanusiaan kita? Saat kita hanya mengejar kesuksesan tanpa menghargai proses, masihkah kita bisa disebut berhasil,” tanya H Sudarto Adinagoro.

H Sudarto Adinagoro mengemas pahit getir dan manis perjalanan hidupnya dalam sebuah buku dengan tujuan dapat jadi sumber inspirasi generasi muda.

“Kepada adik-adikku, generasi penerus bangsa, ingatlah bahwa hal-hal besar selalu bermula dari hal-hal kecil, termasuk
bagaimana kita bersikap dan memperlakukan sesama,” ucap H.Sudarto Adinagoro.

” Seseorang dengan sikap yang baik akan menuai masa depan yang baik. Kebaikan yang kita tanam hari ini akan berbuah manis di masa depan. Sebaliknya, hidup yang dibangun dengan kelicikan hanya akan menghasilkan kegelisahan. Jangan pernah melupakan warisan leluhur kita. Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ingatlah asal-usulmu, jagalah silaturahmi, pelajari budayamu. Jangan ragu untuk terus menimba
ilmu, bahkan jika itu berarti harus merantau jauh. Dunia ini luas, dan pengetahuan bisa datang dari mana saja. Yang terpenting bukanlah seberapa banyak harta atau setinggi apa jabatan kita, melainkan
seberapa kokoh prinsip dan karakter yang kita bangun sepanjang perjalanan,” jelas H Sudarto Adinagoro.

H Sudarto Adinagoro menambahkan bisa pula meneladani para nabi, para pahlawan dan tokoh-tokoh besar bangsa ini. ” Kita bisa belajar dari cerita pewayangan, dari kisah-kisah kepahlawanan,” ucapnya.

Seputar Penulis

Buku Macan Putih: Melangkah di Antara Luka dan Harapan adalah karya dari Sudarto Adinagoro—sebuah kisah tentang perjalanan hidup, keteguhan, dan makna kepemimpinan.

Terbit pada Maret 2025, buku ini lahir bertepatan dengan usianya yang genap 50 tahun. Sebuah refleksi dari perjalanan panjang, di mana luka bukanlah akhir, tetapi awal dari sebuah kebangkitan.

Di dalamnya, tersimpan kisah tentang jatuh dan bangkit, tentang pengkhianatan yang mengajarkan kebijaksanaan, serta perjuangan yang menempa karakter. Dengan prinsip Logika Prajurit, Hati Seorang Pemimpin, buku ini membawa pembaca memahami bahwa kehidupan bukan hanya soal bertahan, tetapi tentang bagaimana menaklukkan tantangan dengan strategi yang matang dan hati yang teguh.

Macan Putih—bukan sekadar sosok harimau, tetapi simbol kekuatan, ketenangan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi badai kehidupan. Ia tidak hanya bertarung dengan cakar dan taring, tetapi dengan insting yang tajam dan langkah yang terencana.

Macan Putih dalam diri saya bukan hanya tentang keberanian menghadapi tantangan, tetapi juga tentang keteguhan dalam memegang nilai-nilai hidup. Keberanian untuk tetap berdiri ketika badai menerpa, untuk tetap melangkah meskipun jalan penuh duri, dan untuk terus berjuang dengan hati yang tetap bersih.

Buku ini bukan hanya tentang saya, tetapi tentang kita semua… mereka yang pernah terjatuh, tetapi memilih untuk bangkit lebih kuat. ****

Pos terkait