Oleh: Rahmat Nuzulul Yuma Ramadhan
Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Syari’ah
UIN SMH BANTEN
SERANG, (gerbangbanten.com) – Indikator ekonomi daerah mencerminkan keadaan ekonomi suatu wilayah melalui berbagai aspek, seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor utama, tingkat pengangguran, serta investasi daerah.
Umpamanya, Kota Serang selaku ibu kota Provinsi Banten memiliki perekonomian yang didominasi oleh sektor Jasa, Perdagangan dan Administrasi Pemerintahan.
“Pendapatan Kota Serang lebih bergantung pada dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Dana Alokasi Umum (DAU), serta Dana Alokasi Khusus (DAK),”.
Kota Serang masih berhadapan dengan tantangan untuk meningkatkan pendapatan per kapita, akibat terbatasnya sektor produktif dan tingginya ketergantungan pada sektor pemerintahan. Perbedaan ini mencerminkan adanya ketimpangan dalam kemampuan ekonomi antara kota administratif dan kabupaten industri.
Sementara Kabupaten Tangerang juga menerima kontribusi besar dari investasi swasta dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari kegiatan industri. Kabupaten Tangerang, yang memiliki area industri dan manufaktur yang besar, pendapatan ataupun penghasilan lebih bergantung pada sektor industri pengolahan dan ekspor.
“Maka, ada perbedaan Pendanaan untuk pembangunan ekonomi di kedua daerah itu,”.
Dari segi pembiayaan, Kota Serang dan Kabupaten Tangerang memperlihatkan pendekatan yang berbeda dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Kota Serang lebih sering mengandalkan dana dari pusat dan program pemerintah daerah, dengan perhatian pada pengembangan infrastruktur dasar dan layanan publik.
“Sebaliknya, Kabupaten Tangerang memiliki kapasitas fiskal yang lebih tinggi disebabkan oleh tingginya PAD dari sektor industri, sehingga lebih bebas dalam mendanai proyek-proyek strategis termasuk pengembangan daerah industri baru serta pembangunan infrastruktur penunjang.,”
Hal tersebut menunjukkan bahwa, kapasitas fiskal menjadi indikator krusial dalam menilai efektivitas pembiayaan diberbagai wilayah. Dari segi pendapatan per kapita, Kabupaten Tangerang umumnya menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada Kota Serang. Keberadaan industri besar dan kawasan ekonomi khusus di wilayah tersebut tidak bisa dipisahkan, karena memberikan sumbangan yang signifikan terhadap total pendapatan daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Maka ada sedikit terjadi kesenjangan sosial ekonomi dikedua daerah tersebut diatas, juga tampak sangat jelas. Di Kabupaten Tangerang, meskipun pendapatan rata-rata besar, kesenjangan ekonomi antara tenaga kerja industri dan masyarakat disektor informal tetap menjadi isu.
Di sisi lain, Kota Serang menghadapi tantangan berupa urbanisasi, dan kurangnya lapangan kerja produktif, sehingga mengakibatkan kenaikan angka pengangguran dan ketidaksetaraan distribusi pendapatan.
“Karena itu, meskipun secara keseluruhan Kabupaten Tangerang nampak lebih berkembang. Masalah kesenjangan sosial tetap menjadi tantangan signifikan yang harus diatasi dikedua daerah,”.
Sumber Data resmi Statistik Banten menyebutkan, Secara Global Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Banten Turun 0,38 Persen
Berdasarkan Berita Resmi Statistik No. 25/05/36/Th. XIX pada 5 Mei 2025 Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Banten pada periode Februari 2025 turun 0,38 persen menjadi 6,64 persen dibanding periode Februari 2024 yang mencapai 7,02 persen.
Pada Februari 2025, BPS Provinsi Banten menyatakan, TPT laki-laki sebesar 6,65 persen, sedangkan untuk TPT perempuan yang sebesar 6,63 persen. TPT laki-laki dan perempuan memiliki pola yang sama yaitu turun dibandingkan Februari 2024, masing-masing sebesar 0,30 persen poin dan 0,51 persen poin.
Sementara TPT berdasarkan tempat tinggal, data BPS Provinsi Banten menunjukkan, TPT perkotaan (6,65 persen) lebih tinggi dibandingkan TPT di daerah perdesaan (6,62 persen). Dibandingkan Februari 2024, TPT perkotaan dan perdesaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,45 persen poin dan 0,16 persen poin.
Untuk jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Februari 2025 sebanyak 6,21 juta orang, naik 163,93 ribu orang dibanding Februari 2024. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,87 persen poin dibanding Februari 2024.
Sedangkan untuk penduduk yang bekerja pada Februari 2025 sebanyak 5,80 juta orang, atau mengalami kenaikan sebanyak 175,91 ribu orang dari Februari 2024. Lapangan usaha yang mengalami peningkatan terbesar adalah Konstruksi sebesar 113,77 ribu orang.
Data BPS Provinsi Banten itu menunjukkan, pada Februari 2025 sebanyak 3,10 juta orang (53,37 persen) bekerja pada kegiatan formal atau naik sebesar 3,11 persen poin dibanding Februari 2024.
Terkait dengan persentase setengah pengangguran dan pekerja paruh waktu pada Februari 2025 turun masing-masing sebesar 1,77 persen poin dan 1,88 persen poin dibanding Februari 2024. (*)