Oleh: Amanda Salma Damayanti
BANTEN, (gerbangbanten.com) – Fenomena banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra akhir-akhir ini tidak hanya membawa air bah, tetapi juga ribuan batang kayu gelondongan yang terbawa arus, menyapu rumah, hutan, dan harapan warga yang terdampak.
Kayu-kayu besar yang hanyut ini bertebaran di sungai, desa, dan bahkan pantai, menunjukkan bahwa bencana ini bukan semata-mata soal hujan deras, tapi juga soal bagaimana kelalaian dan keserakahan manusia terhadap lingkungan memperburuk dampaknya.
Penemuan kayu gelondongan tersebut memunculkan dugaan kuat bahwa sumbernya bukan hanya material alami dari hutan, tetapi juga hasil pembalakan yang sejak lama dibiarkan tanpa pengawasan serius. Hutan, yang seharusnya menjadi benteng alami penahan air, justru dilemahkan oleh eksploitasi yang mengabaikan keselamatan hidup hewan dan manusia dalam jangka panjang.
_”We are the most intellectual species to walk the planet, but we’re not intellegent. If you’re intellegent, you don’t destroy your only home” – Dr Jane Goodall_
Hutan bukan hanya sumber kehidupan hewan, hutan juga merupakan sumber kehidupan bagi manusia.
Tetapi tanpa disadari keserakahan manusia merenggut kehidupan hewan, dan manusia itu sendiri.
Dampaknya bukan main-main akibat terjadinya deforestasi, dan pembakaran lahan untuk ditanam sawit yang dianggap menguntungkan ternyata malah membawa petaka.
Ketika hujan turun dengan intensitas besar, tidak ada lagi akar pohon yang mampu menahan tanah dan air, sehingga banjir menjadi tidak terhindarkan, bahkan membawa sisa-sisa penebangan yang menghancurkan permukiman warga.
Protes, tuntutan transparansi, dan perlawanan moral melalui media, demonstrasi, petisi bukanlah bentuk pembangkangan. Itu adalah bentuk tanggung jawab warga terhadap hutan. Sesama makhluk hidup kita tidak bisa diam ketika penjarahan alam justru memicu bencana yang menghancurkan kehidupan manusia dan hewan.
Banjir dan kayu gelondongan di Sumatra bukanlah peristiwa alam biasa itu adalah konsekuensi dari kerusakan sistemik terhadap lingkungan dan keadilan sosial.
Jika tidak ada tindakan nyata, bukan hanya hutan yang hilang, bukan hanya rumah yang rusak, tetapi kepercayaan kita terhadap negara dan komitmennya terhadap rakyat akan terkubur di bawah air dan kayu gelondongan.
Menurut saya, banjir yang membawa kayu gelondongan ini tidak boleh hanya dijadikan laporan musiman, tetapi momentum bagi pemerintah untuk benar-benar menindak pembalakan liar dan memperkuat pengawasan hutan, karena tanpa langkah tegas, bencana serupa hanya akan terus terulang dan semakin merugikan masyarakat dan hewan yang paling terdampak.






